PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

  1. I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan alat yang sangat vital untuk berkomunikasi. Manusia berkomunikasi agar dapat saling belajar, berbagi pengalaman, dan dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi tersebut muncul dalam segala aktivitas seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan, politik, dan sebagainya. Kegiatan tersebut berlangsung, baik secara transaksional maupun interaksional. Melalui kegiatan tersebut pemakai bahasa berusaha memerikan, memaparkan, memberikan alasan, menceritakan, atau menyarankan sesuatu. Bahkan, van Ek dan Alexander (dalam Brown,1994:234) mendaftar 70 fungsi bahasa.

Dalam bidang pendidikan, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia, ada beberapa aspek kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis sastra dan kebahasaan. Dalam pelaksanaannya, aspek-aspek tersebut seharusnya mendapat porsi yang seimbang dan terpadu. Keempat aspek tersebut dapat dimiliki oleh siswa melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami, sesuai dengan perkembangan siswa untuk mahir berkomunikasi dan memecahkan masalah.

Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut menjadi landasan pembelajaran sejak SD hingga perguruan tinggi. Setiap pebelajar diberdayakan kompetensinya untuk menguasai keempat aspek tersebut (meskipun sulit mencari orang yang menguasai keempatnya). Dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, aspek keterampilan berbahasa menjadi komponen menarik untuk menerapkannya. Suatu teknologi ditemukan dan dikembangkan untuk kemaslahatan umat manusia. Dengan teknologi segala hajat hidup dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Bahkan, para pemakai bahasa pun dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kompetensi berbahasa, baik secara reseptif maupun produktif.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus diajarkan pada siswa. Keterampilan menulis mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis merupakan syarat untuk berkecimpung dalam berbagai bidang atau kegiatan. Hal ini mengandung pengertian betapa pentingnya keterampilan dan kemampuan menulis dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran menulis, ternyata mampu meningkatkan hasil belajar bahasa. Misalnya, penggunaan internet dan audio visual telah berjaya meningkatkan hasil belajar bahasa (lihat Richards and Rogers, 1993). Pembelajaran yang seperti itu telah menjadi bagian dalam upaya meningkatkan hasil belajar.

1.2 Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen

Teknologi merupakan produk kreatif manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif. Saat ini teknologi informasi termasuk karya besar manusia untuk mengejawantahkan segala keinginannya. Internet sebagai bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa perubahan yang luar biasa pada segala aspek kehidupan manusia. Tak pelak lagi internet telah memengaruhi pola berkomunikasi antarmanusia dalam dunia maya. Melalui internet setiap orang dapat berkomunikasi. Bahkan, dunia pendidikan pun tidak luput untuk memanfaatkannya sehingga kelas maya dapat tercipta.

Internet menawarkan banyak fasilitas untuk dunia pendidikan. Fasilitas komunikasi yang disediakan internet telah memungkinkan kelas online menjadi kenyataan dengan mempergunakan halaman web berbasis teks, surat elektronik (e-mail), pertukaran teks dan atau suara secara langsung (Internet Relay Chat), dan berbagai fasilitas multimedia interaktif. Dengan demikian, kegiatan belajar-mengajar dapat dilaksanakan, baik yang bersifat tertunda (delayed, seperti melalui e-mail) maupun secara langsung atau instan (real-time, misalnya melalui IRC dan audio-video conferencing). Pengajar dan peserta didik dapat melakukan komunikasi lintas waktu sehingga pembelajaran dapat dimasimalkan untuk pencapaian hasil belajar.

Sejauh ini cukup banyak penelitian dan eksperimen yang berkenaan dengan pemanfaatan komputer dan internet untuk kegiatan belajar bahasa. Penelitian Davis dan Thiede tahun 2000 (Purnawarman, 2002) menunjukkan bahwa asynchronous electronic discourse dalam pelajaran menulis mampu menumbuhkan kesadaran pembelajaran linguistik dan gaya menulis. Chen et al. (Purnawarman, 2002) melakukan penelitian dengan melibatkan mahasiswa di Jurusan Bahasa dan Sastra Asing pada National Cheng Kung University dengan fokus pembelajaran menulis bahasa Inggris melalui internet. Penelitian ini membuktikan bahwa pertukaran pesan melalui internet mampu membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan komunikasi baru dan memperkuat kemampuan mereka berbahasa Inggris.

Penelitian lain dilakukan Susana M. Satillo dari Montclair State University mengenai fungsi wacana dan kompleksitas sintaktis pada komunikasi sinkronis dan asinkronis. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab dua pertanyaan, yaitu (1) apakah fungsi wacana yang disajikan pada diskusi sinkronis pembelajar ESL dalam penugasan membaca, baik secara kuantitatif maupun kualitataif berbeda dengan yang dilakukan melalui diskusi asinkronis, dan (2) cara CMC (Computer-Mediated Communication) yang mana yang memperlihatkan keluaran pembelajar yang lebih kompleks secara sintaktis. Hasilnya menunjukkan bahwa secara kuantitatif dan tipe fungsi wacana yang disajikan pada diskusi sinkronis sama dengan tipe modifikasi interaksional yang ditemukan pada percakapan bersemuka. Fungsi wacana pada diskusi asinkronis lebih dipaksakan daripada diskusi sinkronis dan sama pada lingkup evaluasi respon pertanyaan terhadap kelas bahasa yang biasa. Penangguhan diskusi asinkronis memberikan peluang kepada pebelajar untuk memproduksi bahasa yang kompleks secara sintaktis. Selain itu, Flank meneliti kompleksitas sintaktis dalam pengembalian informasi melalui multimedia (http://www.ai.mit.edu/people/jimmylin/papres/ flank), Gouvea meneliti kompleksitas sintaktis bahasa Portugis dan Bahasa Inggris orang Brasil melalui Rapid Serial Visual Presentation (http://www.umd. edu/~gouvea/A Gouvea_WP_RSVP.PDF), dan Leather meneliti gaya mengajar dengan salah satunya menggunakan program komputer. Dengan mencermati berbagai penelitian tersebut, tampaknya dalam pembelajaran keterampilan berbahasa para pengajar bahasa perlu melakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah pembelajaran menulis cerpen dengan media internet sebagai sarananya. Siswa bisa saling bertukar ide menulis dengan teman melalui surat elektronik (e-mail), komunikasi langsung (chatting), saling mengoreksi hasil tulisan (revising), sampai memublikasikan hasil menulis cerpennya melalui media blog atau akun pribadinya di internet.

  1. II. Landasan Teori

Ada beberapa teori yang akan dijelaskan dalam makalah ini yaitu mengnai kemampuan menulis cerpen dan TIK sebagai media belajar bahasa.

2.1 Kemampuan Menulis Cerpen

Kemampuan adalah wujud atau hasil dari proses mental dalam mengorganisasikan dan menyusun kembali bahan atau informasi untuk mencapai tujuan tertentu[1]. Proses yang terjadi untuk menghasilkan kemampuan tersebut sering dilakukan secara otomatis atau tidak disadari seseorang. Hasil yang diperoleh dari proses tersebut yang dapat dilihat dan diamati.

Menurut David R. Krathwohl, Benjamin S. Bloom and Bertram B. Masia, kemampuan adalah wujud atau hasil dari proses mental dalam mengorganisasikan dan menyusun kembali bahan atau informasi untuk mencapai tujuan tertentu. Proses yang terjadi untuk menghasilkan kemampuan tersebut sering dilakukan secara otomatis atau tidak disadari seseorang. Hasil yang diperoleh dari proses tersebut yang dapat dilihat dan diamati. [2]

Proses mental yang terjadi dalam otak kita bersifat abstrak. Demikian pula dalam berbahasa, tanpa kita sadari kemampuan tersebut muncul. Banyak hal yang memengaruhi sehingga kemunculan itu terjadi. Semua skemata yang kita miliki tentang bahasa turut mempengaruhinya. Pengetahuan tentang bahasa yang tersimpan dalam ruang ingatan kita akan muncul secara tidak sadar dalam kegiatan berbahasa. Sekalipun muncul tanpa disadari, kemampuan dapat dilihat melalui pengamatan atau pengukuran terhadap perwujudannya ketika kita berkomunikasi.

Sementara itu, kemampuan berbahasa menurut Nurgiyantoro dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kemampuan memahami (comprehension) yang bersifat reseptif dan kemampuan mempergunakan (production) yang bersifat produktif.[3] Agar dapat dianggap memiliki kemampuan  berbahasa, pencapaian kemampuan memahami dan kemampuan menggunakan bahasa tersebut harus dilakukan secara aktif.

Kemampuan berbahasa yang bersifat aktif reseptif pada hakikatnya merupakan kemampuan dalam proses decoding, yaitu kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain. Pemahaman terhadap bahasa yang dituturkan oleh pihak lain tersebut dapat melalui sarana bunyi atau tulisan. [4]

2.2 Hakikat Menulis Cerpen

Kaitannya dengan menulis cerpen, Edgar Allan Poe (Jassin, 1961:72) dalam Nurgiantoro, mengatakan bahwa ”… cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Cerpen ada tiga jenis, yaitu: 1) cerpen yang pendek atau cerpen pendek, yakni cerpen yang panjangnya sekitar 500 – 750 kata, 2) cerpen sedang, yakni cerpen yang panjangnya berkisar 750 – 1000 kata, dan 3) cerpen yang panjang, yakni cerpen yang panjangnya berkisar 1000 – ribuan kata.[5]

Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling efektif dan ekonomis. Cerita dalam cerpen sangat kompak, tidak ada bagiannya yang berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia. Semuanya memberi saham yang penting utnuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan. [6]

Wiyanto mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen disebut cerita rekaan.[7]

2.3 Pengertian Cerpen

Cerpen sebenarnya sudah banyak diketahui dan bahkan sering dinikmati oleh banyak orang. Namun, para ahli memberikan definisi atau batasan yang berbeda-beda. Suharianto menyatakan bahwa cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikit tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut.[8] Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek, jika ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.

Jakob Sumardjo dan Saini K.M. juga menyatakan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Akan tetapi dengan hanya melihat fiksi yang pendek saja, orang belum dapat menetapkan cerita yang pendek adalah sebuah cerpen. Di samping ciri yang tadi, yaitu cerita yang pendek ciri dasar yang lain adalah sifat rekaan (fiction). Ciri dasar yang ketiga adalah sifat naratif atau penceritaan. [9] Selain itu, Wiyanto juga menmgungkapkan bahwa cerpen adalah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari keseluruhan kehidupan pelakunya. [10]

Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpullkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita yang memberi kesan tunggal.

2.4 Unsur Pembangun Cerpen

Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat satu sama lain. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang  bersifat abstrak. Koherensi dan kohesi semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat memnentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar (setting), sudut pandang (point of view), gaya bahasa, tema, dan amanat.

2.5 TIK Sebagai Media Belajar Menulis

TIK secara umum didefinisikan sebagai teknologi yang berfungsi untuk mendukung proses penyampaian informasi dan komunikasi. Pada era global, proses penyampaian informasi tidak hanya dapat dilakukan dengan interaksi langsung antar komunikator dan komunikan. Tetapi dengan perkembangan TIK, komunikator dan komunikan dapat berkomunikasi melalui telepon, internet, email, satelit, televise, konferensi video, dan sebagainya. Kasus yang sama dapat pula diterapkan pada pembelajaran bahasa karena terjadi proses komunikasi antara guru dan siswa di dalamnya.[11] Namun, proses belajar tidak selalu dilaksanakan dengan mengondisikan guru dan siswa dalam sebuah kelas yang sama atau tempat tertentu secara langsung. Jika guru maupun siswa tidak dapat menghadiri kelas, proses pembelajaran masih dapat dilakukan dengan perangkat TIK. Sebagai contoh, seorang guru dapat memanfaatkan TIK melalui konferensi video. Perangkat ini memungkainkan guru untuk mengajar atau memantau siswa dalam proses belajar, dengan melihat dan berkomunikasi secara langsung walaupun tidak dapat hadir pada tempat yang sama dengan siswa. Guru juga dapat menggunakan internet sebagai media untuk memberikan materi pelajaran, tugas, atau informasi lain untuk siswa, sehingga siswa yang tidak hadir dapat mengakses pelajaran atau informasi dari guru melalui internet.[12]

Dalam beberapa konteks, TIK (computer beserta peralatan pendukung lainnya) dapat pula bertindak sebagai ‘guru’ atau ‘tutor’. Pennggunaan software tertentu seperti program multimedia, program pembelajaran bahasa (seperti ‘tutorial’) dapat diciptakan untuk memudahkan siswa mengikuti pembelajaran dengan panduan, instruksi, informasi, atau penjelasan lebih jauh untuk istilah-istilah tertentu ynag ditautkan dalam program. Dalam pembelajaran bahasa, sebagian orang berpikir bahwa mengajarkan menulis membuang-buang waktu, bahkan membosankan. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK-komputer sebagai alat pendukung pengajaran menulis, dapat menyediakan kenyamanan baik bagi siswa maupun guru.

Setelah merancang program, guru tidak perlu menjelaskan dan menjawab pertanyaan terkait permasalahan menulis sepanjang waktu, sebab siswa dapat menulis termasuk menulis cerpen melalui program pembelajaran bahasa dari komputer sesuai minat mereka, kebutuhan dan ketersediaan waktu, tanpa harus datang bertatap muka dengan guru, tanpa mereka dapat mengulang pelajaran atau latihan yang mereka belum paham.

Manfaat lain adalah TIK-komputer dapat menjadi buku referensi yang tak terpisahkan. Komputer dapat menyimpan hasil tulisan atau referensi yang tak terbatas, yang dapat diakses kapan pun, dan oleh siapa pun pada saat yang sama, yang menjadikannya lebih efesien dibandingkan dengan buku-buku pada umumnya.

Jika dikombinasikan dengan media yang lain, seperti video, TIK-komputer dapat berperan sebagai teman bagi siswa dalam permainan edukatif, atau sebagai sumber materi belajar, yang dapat memberikan ilustrasi konsep yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, sebagaimana iluatrasi interaktif dan atraktif. [13]

Fitzpark dan Davies (dalam Hartoyo)[14] menguraikan tujuh cara menggunakan TIK dalam pembelajaran menulis:

1)      Presentasi

Materi berbasis-teks dan materi audio-video dapat digunakan untuk memaparkan atau menjelaskan materi menulis kepada siswa. Beberapa peralatan TIK yang membantu dalam menyampaikan presentasi di antaranya 1) materi berbasis teks pada web atau CD-ROM; 2) perekam audio dengan dukungan teks pada web atau CD-ROM; 3) perekam video dengan dukungan teks pada web atau CD-ROM; dan 4) presentasi PowerPoint pada papan tulis elektronik.

2)      Latihan

Berbagai latihan menulis dapat dilakukan dengan TIK. Caranya dengan menggabungkan persentasi stimulus dalam beragam kombinasi format teks, materi audio dan video. TIK juga memberikan kemungkinan untuk menganalisis respon menulis siswa dengan umpan balik dan percabangan yang tepat.

3)      Authoring

Dalam menerapkan TIK pada pembelajaram menulis, guru dapat memberikan materi menulis yang siap digunakan maupun membuat materi latihan menulis sendiri menggunakan beragam peralatan computer.

4)      Computer Aided Asessment (CAA)

Computer Aided Asessment (CAA) atau penilaian dengan pertolongan computer memegang peran penting dalam pembelajaran menulis terutama menulis bahasaasing.

5)      Rujukan

CD-ROM dan Web merupakan rujukan bagi siswa yang dilengkapi dengan sumber yang kaya informasi untuk latihan dan kegiatan pembelajaran bahasa terutama pembelajaran menulis. Siswa dapat mengakses sumber-sumber informasi untuk menulis cerpen dari jutaan sumber yang ada di internet.

6)      Penerbitan

Sejumlah peralatan tersedia untuk membantu guru dan siswa dalam mengerjakan tulisan/terbitan mereka secara kolaboratif. Yang kemudian diterbitkan dalam Local Area Network (LAN). Siswa dapat menggunakan TIK untuk menerbitkan karya mereka dalam berbagai sarana yang ada di internet.

7)      Komunikasi

Teknologi membantu guru dan siswa dalam berkomunikasi untuk mendiskusikan dan bimbingan tugas menulis. Beberapa di antaranya bisa melalui email, linguanet forum, Netlearn, konferensi audio, atau konferensi video.

8)      Simulasi

Computer dapat bertindak sebagai stimulus yang membangkitkan analisis, pemikiran kritis, diskusi, dan penulisan. Program yang melibatkan simulasi sangat efektif sebagai stimulus.

  1. III. Simpulan dan Rekomendasi

3.1 Simpulan

Demikian betapa besar manfaat TIK-komputer bagi pembelajaran bahasa, khususnya menulis cerpen. Beberapa kajian menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran bahasa memberikan manfaat yang besar bagi siswa di antaranya; 1) membuat siswa dapat belajar dengan lebih efektif dan lebih baik, serta menyadari potensinya; 2) memfasilitasi akses terhadap kesempatan belajar yang lebih luas; 3) membuat penyampaian dan pengelolaan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Di samping itu, penggunaan computer dan internet dalam pembelajaran menulis cerpen memiliki kelebihan di antaranya; 1) kemudahan mencari rujukan; 2) kemudahan memublikasikan hasil menulis; 3) kolaborasi; dan 4) kemandirian dalam belajar.

3.2 Rekomendasi

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pengajaran menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia terutama bermanfaat:

  1. 1. Bagi siswa, pembelajaran dalam menulis cerpen dengan menggunakan media internet dapat memecahkan permasalahan kesulitan dalam pembelajaran menulis. Selain itu, dapat dijadikan dasar bagi siswa bahwa keterampilan menulis dapat membuka wawasan dan cakrawala berpikir. Karena dengan menulis cerpen, siswa dapat menggali daya imajinasi berpikirnya.
  2. 2. Bagi guru, dapat menambah variasi metode pembelajaran menulis. Guru yang mengajarkan kompetensi menulis dapat menambah variasi metode mengajar yang tepat dan menyenangkan salah satunya dengan menggunakan media internet. Dengan memilih metode pembelajaran yang tepat dan menyenangkan, diharapkan siswa menyukai dan menikmati kegiatan menulis. Jika siswa merasa senang dengan pelajaran menulis, diharapkan kemampuan menulis siswa dapat meningkat.
  3. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menambah hasil penelitian pembelajaran menulis khususnya di jenjang pendidikan SMP. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat memublikasikan tulisannya melalui sarana yang dimiliki oleh sekolah. Dengan publikasi yang dapat dibaca oleh masyarakat luas, dapat dijadikan ajang promosi sekolah secara khusus untuk memeperkenalkan kepada masyarakat tentang keunggulan sekolah. Masyarakat akan dapat menilai sekolah dari hasil tulisan siswa yang dipublikasikan tersebut.

Daftar Pustaka

Brown, H.D. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. Third Edition.Englewood

Cliffs: Prentice Hall Regents.

Diknas. 2005.  Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Diknas.

Hartoyo. 2010. Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Bahasa.

Semarang: Pelita Insani.

http://www.ai.mit.edu/people/jimmylin/papres/ flank.

http://www.umd.edu/~gouvea/A Gouvea_WP_RSVP.PDF

http://file.upi.edu/Direktori/C%20-

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogayakarta: BPFE.

……                2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Purnawarman, P. 2002. “Kolaborasi Melalui Internet: Pemanfaatan Internet dalam Mata Kuliah Menulis” artikel Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 2, No. 2, April 2002.

Richards, J.C. and Rodgers, Th.S.1993. Approaches and Methods in Language

Teaching. Cambridge: Cambridge Language Taching Library.

Rosita. 2007. “Pengembangan Software Latihan Keterampilan Membaca Cepat

sebagai Upaya Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Skripsi tidak dipublikasikan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

Sotilo, S.M. 2000. “Discourse Function and Syntactic Complexity in Synchronous and Asynchronous Communication”. Language Learning and Technology Vol. 4 No. 1 May 2000, pp. 82-119.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.,


[1] David R. Krathwohl, Benjamin S. Bloom and Bertram B. Masia, Taxonomy of Educational

Objectives, (London: Longman, 1973), pp. 189—190.

[2] ibid

[3] Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogayakarta:BPFE, 1995), p. 167.

[4] Ibid., p. 229.

[5] Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2000. Hlm.10

[6] Mohammad Diponegoro. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1994. Hlm 6.

[7] Asul Wiyanto. Kasastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo. 2005. Hlm. 96

[8] S. Suharianto. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta. 1982. Hlm. 39

[9] Jakob Sumardjo dan Saini K.M. Apresiasi Keusastraan. Jakarta: Gramedia. 1986. Hlm. 36 – 37.

[10] Loc.cit. hlm 77

[11] Hartoyo. 2010. Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Bahasa. Semarang: Pelita Insani. Hlm 52.

[12] ibid

[13] Op.cit. hlm 54

[14] ibid

About yuniartati

egaliter, ramah, pemikir, bicara apa adanya, & senang bergaul.
This entry was posted in Tugas UAS. Bookmark the permalink.

Leave a comment